Sabtu, 10 Juli 2021

SAJAK PALSU KARYA AGUS R. SARJONO

    Sebelumnya kita telah mengulas dua puisi Widji Thukul, kali ini kita akan beralih pada karya kini Agus R.Sarjono dengan judul Sajak Palsu. Puisi ini dirangkai dengan bentuk yang berbeda dari puisi pada umumnya. Sajak Palsu bergaya layaknya narasi cerita, ini menjadi sebuah bentuk baru penulisan puisi yang biasanya terpisah-pisah bentuk baitnya. Berdasarkan judul yang digunakan penyair untuk mewakili isi puisi tersebut dapat dipahami bahwa penyair ingin menyampaikan suatu cerita mengenai apa-apa yang dirasa palsu. Cerita yang disusun menjadi satu kesatuan puisi memiliki makna tersendiri.

    Puisi tersebut menceritakan penulis yang menemukan banyak kepalsuan di Negara ini. Dari puisi tersebut dapat dipahami bahwa awal dari segala kepalsuan yang tercipta di negara ini ialah tertuju pada guru. Tanpa mengurangi rasa hormat pada profesi guru,  penulis ingin menyampaikan pada pembaca bahwa seharusnya guru merupakan seseorang yang digugu dan ditiru Selain perilaku guru yang menjadi sorotan dalam puisi tersebut terdapat pula perilaku siswa yang tidak dianggap kurang baik. Hal tersebut sesuai dengan penggalan puisi yang berjudul Sajak Palsu karya Agus R.Sarjono.

Selamat pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolah

dengan sapaan palsu. Lalu merekapun belajar sejarah palsu dari buku-buku palsu. Di akhir

sekolah mereka terpengarah melihat hamparan nilai mereka yang palsu.

 

    Berdasarkan penggalan puisi di atas dapat dipahami bahwa penyair menggambarkan kepalsuan perilaku dari siswa-siswa pada suatu sekolah. Di lingkungan sekolah pasti tidak semua siswa-siswa memiliki simpati dan empati kepada guru. Hal ini bisa dikarenakan setiap siswa pasti ingin mendapatkan nilai yang sempurna namun banyak yang dilakukan secara instan.

Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah

mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru

untuk menyerahkan amplop berisi perhatian

dan rasa hormat palsu. sambil tersipu palsu

dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru

dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu

untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan

nilai-nilai palsu yang baru.

Masa sekolah demi masa sekolah berlalu, merekapun lahir

sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu, ahli pertanian palsu, insinyur palsu.

Sebagian menjadi guru, ilmuwan atau seniman palsu.

Dengan gairah tinggi

mereka menghambur ke tengah pembangunan palsu

dengan ekonomi palsu sebagai panglima palsu.

Mereka saksikan ramainya perniagaan palsu dengan ekspor

dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan

berbagai barang kelontong kualitas palsu.

Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus

dan hadiah-hadiah palsu tapi diam-diam meminjam juga

pinjaman dengan ijin dan surat palsu kepada bank negeri

yang dijaga pejabat-pejabat palsu. Masyarakatpun berniaga

dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu. Maka

uang-uang yang asing menggertak dengan kurs palsu

sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis

yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam

nasib buruk palsu.

Lalu orang-orang palsu

meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan

gagasan-gagasan palsu di tengah seminar

dan dialog-dialog palsu menyambut tibanya

demokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring

dan palsu.

    Puisi di atas meiliki pesan yang disampaikan pada pembaca apabila mempunyai pekerjaan atau profesi tidak disalahgunakan. Karena kita sudah seharusnya menjalankan tugas dengan niat yang kelak akan menjadi ladang pahala. Jika membaca secara keseluruhan puisi karya Agus R.Sarjono yang berjudul Sajak Palsu tersebut kita dapat mengaitkan dengan penggalan puisi karya Widji Thukul lalu yang telah kita bahas sebelumnya bahwa kita tidak akan hanya memiliki kepintaran saja, hidup harus diimbangi dengan perbuatan baik lainnya. Lebih baik jujur meski itu menyakitkan, daripada nikmat namun dengan segala kepalsuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SAJAK PALSU KARYA AGUS R. SARJONO

     Sebelumnya kita telah mengulas dua puisi Widji Thukul, kali ini kita akan beralih pada karya kini Agus R.Sarjono dengan judul Sajak Pal...