Sabtu, 10 Juli 2021

SAJAK PALSU KARYA AGUS R. SARJONO

    Sebelumnya kita telah mengulas dua puisi Widji Thukul, kali ini kita akan beralih pada karya kini Agus R.Sarjono dengan judul Sajak Palsu. Puisi ini dirangkai dengan bentuk yang berbeda dari puisi pada umumnya. Sajak Palsu bergaya layaknya narasi cerita, ini menjadi sebuah bentuk baru penulisan puisi yang biasanya terpisah-pisah bentuk baitnya. Berdasarkan judul yang digunakan penyair untuk mewakili isi puisi tersebut dapat dipahami bahwa penyair ingin menyampaikan suatu cerita mengenai apa-apa yang dirasa palsu. Cerita yang disusun menjadi satu kesatuan puisi memiliki makna tersendiri.

    Puisi tersebut menceritakan penulis yang menemukan banyak kepalsuan di Negara ini. Dari puisi tersebut dapat dipahami bahwa awal dari segala kepalsuan yang tercipta di negara ini ialah tertuju pada guru. Tanpa mengurangi rasa hormat pada profesi guru,  penulis ingin menyampaikan pada pembaca bahwa seharusnya guru merupakan seseorang yang digugu dan ditiru Selain perilaku guru yang menjadi sorotan dalam puisi tersebut terdapat pula perilaku siswa yang tidak dianggap kurang baik. Hal tersebut sesuai dengan penggalan puisi yang berjudul Sajak Palsu karya Agus R.Sarjono.

Selamat pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolah

dengan sapaan palsu. Lalu merekapun belajar sejarah palsu dari buku-buku palsu. Di akhir

sekolah mereka terpengarah melihat hamparan nilai mereka yang palsu.

 

    Berdasarkan penggalan puisi di atas dapat dipahami bahwa penyair menggambarkan kepalsuan perilaku dari siswa-siswa pada suatu sekolah. Di lingkungan sekolah pasti tidak semua siswa-siswa memiliki simpati dan empati kepada guru. Hal ini bisa dikarenakan setiap siswa pasti ingin mendapatkan nilai yang sempurna namun banyak yang dilakukan secara instan.

Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah

mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru

untuk menyerahkan amplop berisi perhatian

dan rasa hormat palsu. sambil tersipu palsu

dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya pak guru

dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu

untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan

nilai-nilai palsu yang baru.

Masa sekolah demi masa sekolah berlalu, merekapun lahir

sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu, ahli pertanian palsu, insinyur palsu.

Sebagian menjadi guru, ilmuwan atau seniman palsu.

Dengan gairah tinggi

mereka menghambur ke tengah pembangunan palsu

dengan ekonomi palsu sebagai panglima palsu.

Mereka saksikan ramainya perniagaan palsu dengan ekspor

dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan

berbagai barang kelontong kualitas palsu.

Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus

dan hadiah-hadiah palsu tapi diam-diam meminjam juga

pinjaman dengan ijin dan surat palsu kepada bank negeri

yang dijaga pejabat-pejabat palsu. Masyarakatpun berniaga

dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu. Maka

uang-uang yang asing menggertak dengan kurs palsu

sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis

yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam

nasib buruk palsu.

Lalu orang-orang palsu

meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan

gagasan-gagasan palsu di tengah seminar

dan dialog-dialog palsu menyambut tibanya

demokrasi palsu yang berkibar-kibar begitu nyaring

dan palsu.

    Puisi di atas meiliki pesan yang disampaikan pada pembaca apabila mempunyai pekerjaan atau profesi tidak disalahgunakan. Karena kita sudah seharusnya menjalankan tugas dengan niat yang kelak akan menjadi ladang pahala. Jika membaca secara keseluruhan puisi karya Agus R.Sarjono yang berjudul Sajak Palsu tersebut kita dapat mengaitkan dengan penggalan puisi karya Widji Thukul lalu yang telah kita bahas sebelumnya bahwa kita tidak akan hanya memiliki kepintaran saja, hidup harus diimbangi dengan perbuatan baik lainnya. Lebih baik jujur meski itu menyakitkan, daripada nikmat namun dengan segala kepalsuan.

PUISI "PERINGATAN" DAN "DI BAWAH SELIMUT KEDAMAIAN PALSU" KARYA WIDJI THUKUL

 

PERINGATAN

Karya Wiji Thukul

 

Jika rakyat pergi

 

Ketika penguasa pidato

 

Kita harus hati-hati

 

Barangkali mereka putus asa

 

Kalau rakyat bersembunyi

 

Dan berbisik-bisik

 

Ketika membicarakan masalahnya sendiri

 

Penguasa harus waspada dan belajar mendengar

 

Bila rakyat berani mengeluh

 

Itu artinya sudah gasat

 

Dan bila omongan penguasa

 

Tidak boleh dibantah

 

Kebenaran pasti terancam

 

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang

 

Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan

 

Dituduh subversif dan mengganggu keamanan

 

Maka hanya ada satu kata: lawan!

 

Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu

Karya Wiji Thukul

 

Apa guna punya ilmu

 

Kalau hanya untuk mengibuli

 

Apa gunanya banyak baca buku

 

Kalau mulut kau bungkam melulu

 

Di mana-mana moncong senjata

 

Berdiri gagah

 

Kongkalikong

 

Dengan kaum cukong

 

Di desa-desa

 

Rakyat dipaksa

 

Menjual tanah

 

Tapi, tapi, tapi, tapi

 

Dengan harga murah

 

Apa guna banyak baca buku

 

Kalau mulut kau bungkam melulu

Setiap penulis tentu mempunyai ciri khas tersendiri saat menciptakan sebuah karya sastra.  Kali ini kita akan mengulas beerapa karya yang diciptakan oleh Widji Thukul yang namanya tentu sudah tidak asing lagi didengar. Selain menjadi penulis, Widji Thukul juga termasuk seorang aktivis organisasi yang sering memimpin demo.

Puisi pertama yang berjudul ‘Peringatan’ merupakan gambaran sikap yang ditujukan  pada pemerintahan orde baru. Penulis menunjukkan rasa kecewa terhadap kebijakan yang dirasa menyusahkan masyarakat. Pejabat pemerintah seolah acuh terhadap nasib rakyat, sehingga pada puisi yang berjudul ‘Peringatan’ tersebut terdapat situasi yang dirasakan rakyat ketika mereka sengsara di negaranya sendiri. Masyarakat kemudian bergerak melakukan aksi demo untuk menolak kebijakan yang membuat mereka sengsara.  

Saat ini demo juga masih sering dilakukan sebagai wujud tidak setujunya masyarakat terhadap keputusan yang diambil pemerintah. Sempat membuat heboh masalah omnibuslaw atau undang-undang cipta kerja. Masyarakat seluruh Indonesia melakukan demo besar-besaran karena merasa undang-undang tersebut hanya merugikan rakyat kecil saja.

Puisi kedua berjudul ‘Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu’ juga memiliki makna yang selaras dengan puisi pertama. Widji Thukul menjelaskan bahwa masyarakat mengalami ketidakadilan dari orang-orang pintar. Karena kepintaran tersebut, mereka menjadi serakah untuk menang sendiri, dan melupakan kehidupan rakyat yang ada di desa.

Berdasarkan kedua puisi Widji Thukul yang sudah saya baca, penggunaan diksi yang dipilih tidak memberatkan pembaca untuk mengerti apa yang ingin disampaikan oleh penulis. Penyampaian secara ringan membuat pembaca ikut merasakan konfulasan dua puisi karya Widji Thukul tersebut dapat dinikmati secara ringan oleh pembaca sehingga pembaca juga turut merasakan ketidakadilan yang dialami masyarakat pada masa itu. Selain itu pembaca juga dapat dengan mudah memahami isi yang ingin disampaikan penyair melalui dua puisi tersebut. Urutan peristiwa yang disuguhkan membuat puisi tersebut memiliki nyawanya sendiri.

 

LIMA CERPEN BESAR KARYA M. SHOIM ANWAR


            Karya sastra merupakan simbol pendapat atau kritik penulis terhadap suatu peristiwa. Beberapa penulis juga menghasilkan sebuah karya dengan tujuan menyuarakan pendapat pada tokoh tertentu. Belakangan ini, banyak sekali isu-isu yang diangkat dalam berita mengenai kinerja Pemerintah. Beberapa platform yang digunakan untuk menyampaikan pendapat tersebut merupakan media sosial seperti instagram dan twitter. Hal itu merupakan cara baru masyarakat saat ini untuk bersuara menyampaikan pendapatnya dengan mudah.

            Kali ini kita akan mengulas beberapa karya dari M. Shoim Anwar. Terdapat lima cerpen yang akan kita ulas yakni, Sorot Mata Syaila, Tahi Lalat, Sepatu Jinjit Arianti, Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue, dan Jangan ke Istana, anakku. Dalam kelima cerpen tersebut jika diurai satu-persatu memiliki rohnya sendiri. Masing-masing judul cerpen tersebut memiliki alur yang yang berbeda-beda. Namun kelima cerpen itu memiliki kesinambungan satu sama lain jika dirangkai menjadi sebuah fenomena.

            Cerpen pertama yakni “Sorot Mata Syaila”, cerpen tersebut berkisahkan pertemuan antara tokoh utama “aku” yang bernama Matalir dan seorang perempuan bernama “Syaila”. Ketika Matalir berada di bandara Abu Dhabi untuk melanjutkan perjalanannya ke Dubai, saat itulah ia bertemu dengan seorang perempuan yang anggun bernama Syaila. Matalir selalu memikirkan kecantiakan paras dari Syaila. Pakaian yang dikenakan Syaila memang sedikit terbuka, namun masih dalam batas sopan. Matalir sendiri sedang melakukan perjalan ke Dubai untuk menghindar dari penyidikan yang ada di negaranya.

“Dan benar, Ketika berita ramai tersiar bahwa aku dicekal, posisiku sudah di luar negeri. Inilah enaknya punya jaringan khusus di lembaga peradilan. Aku merasa sedikit betuntung kasusku ditangani mereka. Andani yang menangani KPK, mungkin aku sudah meringkuk di sel.”

Skandal yang dilakukan Matalir adalah tindak pencucian uang, sehingga keluarganya juga kena imbas. Ia pergi dengan alas an berpura-pura melaksanakan ibadah haji. Hingga pada suatu malam, Matalir mengejar dan memanggil nama Syaila yang akan pergi. Kemudian Syaila menoleh dengan melambaikan tangan pada Matalir, hingga jarak keduanya cukup dekat namun tiba-tiba Syaila menghilang dalam kegelapan. Detik itu ada juga yang memanggil nama Matalir. Lantai yang ia lalui dalam keadaan basah, kemudian mata Matalir tertuju melihat ke atas. Ternyata kedua istri dan anak-anak Matalir telah lemas tergantung. Matalir tak percaya pada kenyataan bahwa keluarganya tewas mengenaskan

            Makna cerpen Sorot Mata Syaila adalah sesungguhnya Matalir ini merupakan simbol dari orang penting di negeri ini yang terjerat skandal korupsi sehingga mengharuskannya kabur ke luar negeri untuk menyelamatkan diri.  Istri dan anak-anaknya disebut tewas mengenaskan karena kasus ini juga membuat keluarga terkena imbas. Menanggung penderitaan yang dilakukan sang koruptor tersebut.

            Cerpen ‘Tahi Lalat’ oleh M. Shoim Anwar merupakan salah satu karya satra dengan latar belakang kehidupan bermasyarakat. Pada cerita pendek tersebut Shoim Anwar menonjolkan  gambaran masyarakat di sebuah lingkungan pedesaan. Seorang tokoh "Aku" menceritakan istri Lurah yang menginginkan kekuasaan. Warga desa mengatakan bahwa istri Pak Lurah memiliki tahi lalat di dadanya. Hal itu menyebabkan warga desa khususnya para laki-laki  penasaran dengan kebenaran isu yang beredar. Selain isu tahi lalat di salah satu bagian tubuhnya, istri pak lurah juga dianggap sebagai perempuan yang kurang baik karena bos proyek dari pembangaunan jalan di desa sering mendatangi istri Lurah ketika Pak Lurah tidak berada di rumahnya.

            Saat ini masyarakat selalu memandang orang lain sebelah mata saja. Mereka tidak mengetahui kebenaran yang terjadi, dan menganggap apa yang mereka lihat selalu benar. Isu bos proyek dan istri lurah menjadi ramai karena bu lurah sendiri merupakan istri kedua dari pak lurah. Pada akhir cerita ketika pulang tokoh "Aku" yang saat itu berada di rumah ditunjukkan  lukisan yang menggambarkan seorang perempuan dengan kulit sawo matang dengan rahi lalat di dada oleh anaknya. Sontak saja tokoh "Aku" terkejut ternyata perempuan dalam lukisan tersebut adalah istri lurah. Karena parahnya isu yang beredar menyebabkan anak kecil sampai mengetahui tentang tahi lalat yang berada di dada istri lurah.

            Pada cerpen tersebut, tokoh istri lurah lebih banyak diperbincangkan karena isu tentang dirinya. Namun sebenarnya tokoh lurah di sini perlu juga disoroti terkait kinerjanya sebagai seorang pemimpin desa yang sering ingkar janji dan menyalahgunakan kekuasaan.

“Jujur kukatakan, Pak Lurah juga sering menggunakan cara-cara kotor. Selama menjabat, tidak sedikit warga yang kehilangan sawah ladang dan berganti dengan perumahan mewah. Warga yang tinggal di tempat strategis, melalui perangkat desa Pak Bayan, dirayu untuk menjual tanahnya dengan harga yang lumayan mahal. Begitu tanah-tanah yang strategi situ terlepas dari pemiliknya, Pak Lurah semakin gencar membujuk yang lain dengan cara memanggilnya ke kantor kelurahan.”

Menurut saya sebagai pembaca, sebenarnya banyak kejanggalan yang ditutupi dengan kasus yang lain. Kasus pak lurah ingkar janji yang tidak dipedulikan warga, tetapi malah membicarakan istri pak lurah yang diduga memiliki tahi lalat di dada dan berhubungan khusus dengan bos proyek pembangunan desa tersebut. Hal itu dapat diartikan bahwa sekecil apapun rahasia yang disembunyikan, suatu saat akan terbongkar.

            Cerpen ketiga berjudul “Sepatu Jinjit Ariyanti” berisi tentang seseorang yang disandera atau disembunyikan karena mengetahui suatu pembunuhan berencana. Meskipun tak ingin melakukan rencana tersebut, dia (Ariyanti) tetap harus menanggung risiko yang telah dilakukan. Semua yang terjadi tidak dapat ditolak, karena hal itu merupakan perintah untuk bawahan dari atasannya. Ariyanti sebagai saksi harus disembunyikan untuk menutupi tragedi pembunuhan yang menyeret namanya agar tidak ditemukan para pemburu berita. Selama persembunyian, Ariyanti mulai nyaman bersama dengan pria yang menjaganya. Dari cerita tersebut dapat dipahami bahwa sebagai bawahan, seseorang tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri karena harus menaati perintah dari atasannya yang tidak dapat ditolak. Apabila perintah tersebut berupaa kejahatan, harus siap mengambil risisko dan dampak yang akan terjadi kedepannya.

“Tapi aku dalam posisi tak berdaya karena perintah atasan yang tak boleh ditolak”

            Dari cerpen tersebut kita dapat mengetahui bahwa Pejabat akan menghalalkan segala cara demi keinginannya tercapai. Entah dengan cara baik ataupun buruk, mereka tak akan memedulikan hal itu. Terlebih lagi jika kedudukannya terancam, mereka akan bertindak tanpa pandang bulu. Meski melakukan pembunuhan sekalipun, terhadap seseorang yang dirasa mengganggu kehidupannya.

menceritaka seorang perempuan yang menagih janji seorang hakim pria bernama Bambi. Cerpen berjudul Bambi dan perempuan Berselendang Baby Blue menggunakan tokoh utama seorang perempuan bernama Anik. Konflik terjadi Ketika tokoh utama “Anik” menemui dan menahan “Bambi” di depan toilet pria. Tokoh Anik bermaksud untuk menagih janji Bambi sewaktu dipersidangan ia dimenangkan. Namun Bambi selaku hakim tunggal dipanggadilan justru berkhianat. Anik mamasuki problematika hukum karena adanya iming-iming menang oleh Bambi.

            Cerpen keempat berjudul “Bambi dan Perempuan Berselendang Baby Blue” ini sendiri bercerita tentang seorang perempuan yang bernama Anik. Ia sedang berada disebuah tempat dansa untuk menagih janji seorang hakim pria yang bernama Bambi. Pada pesta dansa tersebut Ia akhirnya bertemu dengan Bambi. Namun saat itu Bambi sedang bersama dengan seorang perempuan cantik dan muda. Lalu Anik dan perempuan tersebut berkenalan, Miske namanya. Melihat situasi dan kondisi yang sedang sepi, Bambi bergegas menuju ke kamar mandi, tak lama kemudian Anik juga mengikutinya. Sembari berjalan menuju kamar mandi, mereka membicarakan kasus Anik yang telah disiapkan oleh Bambi untuk memperoleh kemenangan.

“Aku ingin bicara,” kata saya di mulut toilet.

“Bicara apa?” Bambi mengarahkan pandangan ke muka saya.

“Putusanmu. Mengapa aku kau kalahkan?”

“Aku sudah mengusahakan agar kau yang menang di pengadilan, tapi tak ada dissenting opinion.”

“Bagaimana ada, wong hakim tunggal, cuma kamu saja!”

“Sudah saya mintakan pendapat di luar sidang.”

“Yang mimpin sidang kan kamu. Dengan hakim tunggal mestinya kau bisa putuskan sesuai janjimu!”

Bambi tampak sangat tidak nyaman. Wajahnya memerah, dia lihat ke segala arah. Sengaja saya menghadang langkahnya agar tidak menghindar. Saya pun sengaja mengeraskan suara agar didengar banyak orang.

“Pengacara tergugat pintar. Dia bisa menggugurkan tuntutan jaksa.”

“Tapi mengapa dulu kamu mendorong-dorong aku agar menggugat perkara itu. Kamu panas-panasi aku. kamu menjanjikan akan memenangkan aku. Terus untuk apa kamu minta uang segitu banyak yang katany auntuk minta tolong pada anggota majelis lainnya? Kau bagikan pada siapa saja uang itu? Atau kau nikmati sendiri?”

“Jangan bicara seperti itu. Kamu bisa dikenakan pasa perbuatan tidak menyenangkan dan mencemarkan nama baik.”

“Aku tidak bodoh. Saat penyerahan uang itu di rumah, aku sudah pasang CCTV agar bisa merekam semuanya. Sudah telanjur basah.”

Bambi sontak terperangan lagi, wajahnya warna bunga waribang. Dia berusaha lepas dari blockade. Saya menghalanginya dengan merentangkan tangan.

“Kamu bisa banding kalau tidak puas,” katanya kemudian.

“Itu rusan nanti!”

“Masih ada waktu tiga hari,” Bambi mengacungkan jarinya.

“Di pengadilan tinggi yang ngurusi sudah beda. Omongnya saja bisa memenangkan kasus. Mana buktinya? Gombal!

            Hingga pada akhirnya Anik mengetahui bahwa selama ini yang diucapkan Bambi hanya sebuah omong kosong dan janji manis saja. Hal tersebut membuat Anik murka terhadap Bambi karena telah menipu dirinya. Tak disangka, ternyata Miske adalah Kirana. Lawan Anik di pengadilan yang  saat itu sedang menyamar.

            Makna dari cerpen tersebut  menggambarkan ruang lingkup pejabat pemerintahan yang masih sering terjadi suap menyuap. Pemilik jabatan rela melakukan hal tersebut untuk menginginkan tujuan tertentu. Sebagai contohnya suap menyuap untuk membeli jabatan yang pernah ramai diberitakan. Dari kejadian tersebut sudah menunjukkan bahwa nilai pejabat pemerintahan Indonesia sudah dikena buruk karena banyaknya korusi yang dilakukan.

            Cerpen terakhir berjudul “Jangan Ke Istana, Anakku” berisi tentang sindirian keras yang ditujukan kepada penguasa istana. Para pejabat yang berkuasa dengan sewenang-sewenang di istana. Mereka selalu mencari gadis dengan paras cantik untuk dijadikan tumbal Nyi Blorong saat malam Rabu Kliwon tiba.  

            Makna cerpen tersebut menunjukkan bahwa yang berkuasa akan meminta segalanya yang diinginkan. Tanpa mempedulikan risiko yang akan dialami orang lain. Perumpamaan penguasa istana dapat kita lihat dengan nyata pada pemerintahan Negara kita saat ini. Kebijakan dan keputusan yang mereka ambil selalu memiliki dampak buruk bagi masyarakat. Sering terjadi adalah kenaikan harga BBM dan juga pajak yang dirasa sangat memberatkan masyarakat. Namun, pemerintah tetap menerapkannya tanpa berpikir lebih jauh lagi.

            Dari lima cerpen di atas dapat dilihat bahwa penulis melakukan kritik terhadap pemerintah. Namun menggunakan gaya bahasa yang menjadikan cerita tersebut dikemas dengan sangat menarik bagi pembaca. Kritik yang dilakukan juga sesuai dengan fenomena yang belakangan ini sering terjadi di dalam masyarakat. Banyak sekali para sastrawan yang melakukan kritik melalui karya sastra. Karena kebebasan berpendapat tak boleh dilarang, sehingga ada beberapa media yang bisa digunakan sebagai sarana untuk kritik.

Sabtu, 26 Juni 2021

APRESIASI COVER VIDEO KLIP JUDIKA 'MAMA PAPA LARANG' KARYA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA ANGKATAN 2014 UNIPA SBY

 

Beda dari biasanya, kali ini kita akan mengulas sebuah video lipsing yang diperankan oleh mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia angkatan 2014. Video clip berjudul Mama Papa Larang yang dinyanyikan oleh Judika. Karir Judika sebagai penyanyi sudah sangat melejit, ia memulai karirnya dari pencarian bakat Indonesian Idol. Namun ia belum berhasil menyandang predikat juara pada saat itu. Tetapi keberuntungan berpihak padanya, kala ia ditawari bergabung dalam RCM. Sejak saat itu, lagu yang dibawakan Judika selalu sukses dipasaran. 

Pada kesempatan ini kita akan membahas lagu Judika yang berjudul Mama Papa Larang. Lagu ini bercerita tentang usaha seorang pria yang ingin mendapatkan restu dari orang tua sang kekasih. Pria tersebut tetap mencintai kekasihnya meski orang tuanya melarang. Lirik dari lagu Mama Papa Larang ini merupakan kisah nyata yang dialami Judika ketika menjalin asmara dengan sang istri.

Keseluruhan isi video clip yang diperankan oleh mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia angkatan 2014 kiranya sudah cukup baik. Namun ada sedikit koreksi saja, ketika adegan ibu-ibu yang menerima telpon. Pada adegan tersebut penjiwaan sedikit ditambah karena sangat terlihat sekali settingannya. Karena peran dalam video clip harus benar-benar sampai kepada penonton. Gerak tubuh dan penjiwaan sangat penting agar mendapatkan hasil yang memuaskan.

cukup itu saja yang mungkin dikoreksi, selebihnya sudah bagus. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia angkatan 2014 sudah kreatif membuat video clip dari lagu Judika yang berjudul Mama Papa Larang. Keberanian dan kepercayaan diri sudah menunjukkan jika mereka sudah mampu untuk diapresiasi.

Rabu, 16 Juni 2021

‘MALU (AKU) JADI ORANG INDONESIA’ KARYA TAUFIQ ISMAIL

 

‘Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia’


Kali ini penulis akan membahas mengenai salah satu puisi dari Taufiq Ismail berjudul ‘Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia’. Menceritakan beberapa perilaku yang dirasa kurang pantas mengenai sistem pemerintahan yang dijalankan pada era tersebut, sehingga membuat tokoh ‘aku’ malu jadi orang Indonesia. ‘aku’ merupakan seorang pribumi Indonesia yang bersekolah dan hidup di lingkungan bersama dengan orang asing. Awalnya ia bercerita sangat bangga terhadap negara yang ia cintai itu pada rekan sekelasnya karena negaranya berhasil merdeka dari jajahan Belanda, namun hal tersebut tak berlangsung lama. Negara yang semula ia banggakan melakukan beberapa tindakan yang merugikan rakyatnya sendiri dengan keputusan yang membuat malu. Tindakan pemerintah yang dirasa memalukan berasal dari berbagai bidang seperti dari bisnis, politik, kehidupan sosial, dan bentuk perilaku lain dan dari sektor lain pula. Berikut penggalan puisi ‘Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia’

I

Ketika di Pekalongan, SMA kelas tiga

Ke Wisconsin aku dapat beasiswa

Sembilan belas lima enam itulah tahunnya

Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia

 

Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia

Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda

Sahabatku sekelas, Thomas Stone namanya,

Whitefish Bay kampung asalnya

Kagum dia pada revolusi Indonesia

 

Dia mengarang tentang pertempuran Surabaya

Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama

Dan kecil-kecilan aku nara-sumbernya

Dadaku busung jadi anak Indonesia

 

Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy

Dan mendapat Ph.D. dari Rice University

Dia sudah pensiun perwira tinggi dari U.S. Army

Dulu dadaku tegap bila aku berdiri

Mengapa sering benar aku merunduk kini

Bait pertama menceritakan tentang kebanggaan seorang rakyat akan Negaranya yang mampu merdeka dari jajahan Belanda. Hal itu menjelaskan bahwa Negaranya mampu bangkit dan berjuang untuk meraih kemerdekaan. Sehingga rekan dikelasnya juga kagum akan perjuangan tersebut.

II

Langit langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak

Hukum tak tegak, doyong berderak-derak

Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak,

Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza

Berjalan aku di Dam, Champs Elysees dan Mesopotamia

Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata

Dan kubenamkan topi baret di kepala

Malu aku jadi orang Indonesia.

Bait kedua menggambarkan semakin malu hidup sebagai warga Indonesia yang semula sangat dibangga-banggakan. Ia merasa bahwa hukum di Indonesia semakin lemah sehingga tidak ada standart yang bisa dijadikan untuk menghakimi seseorang.

III

Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor

satu,

 

Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi berterang-terang

curang susah dicari tandingan,

 

Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu

dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek secara

hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,

 

Di negeriku komisi pembelian alat-alat besar, alat-alat ringan,

senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan

peuyeum dipotong birokrasi lebih separuh masuk

kantung jas safari,

 

Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal,

anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden,

menteri, jenderal, sekjen, dan dirjen sejati, agar

orangtua mereka bersenang hati,

 

Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum sangat-

sangat-sangat-sangat-sangat jelas penipuan besar-

besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,

 

Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan

sandiwara yang opininya bersilang tak habis dan tak

putus dilarang-larang,

 

Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata supaya berdiri pusat

belanja modal raksasa,

 

Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah,

ciumlah harum aroma mereka punya jenazah, sekarang

saja sementara mereka kalah, kelak perencana dan

pembunuh itu di dasar neraka oleh satpam akhirat akan

diinjak dan dilunyah lumat-lumat,

 

Di negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasia dan tidak

rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli, kabarnya

dengan sepotong SK suatu hari akan masuk Bursa Efek

Jakarta secara resmi,

 

Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan, lima

belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,

 

Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja,

fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar,

 

Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat jadi pertunjukan teror

penonton antarkota cuma karena sebagian sangat kecil

bangsa kita tak pernah bersedia menerima skor

pertandingan yang disetujui bersama,

 

Di negeriku rupanya sudah diputuskan kita tak terlibat Piala

Dunia demi keamanan antarbangsa, lagi pula Piala

Dunia itu cuma urusan negara-negara kecil karena Cina,

India, Rusia dan kita tak turut serta, sehingga cukuplah

Indonesia jadi penonton lewat satelit saja,

 

Di negeriku ada pembunuhan, penculikan dan penyiksaan rakyat

terang-terangan di Aceh, Tanjung Priuk, Lampung, Haur

Koneng, Nipah, Santa Cruz, Irian dan Banyuwangi, ada pula

pembantahan terang-terangan yang merupakan dusta

terang-terangan di bawah cahaya surya terang-terangan,

dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagai

saksi terang-terangan,

 

Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada, tapi dalam

kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang menyelam di

tumpukan jerami selepas menuai padi.

Bait ketiga semakin menggambarkan dengan jelas mengenai perilaku-perilaku yang tidak dapat dibenarkan. Beberapa perilaku yang dicantumkan dalam puisi tersebut ialah mengenai hak masyarakat dalam bersuara. Masyarakat tidak diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya tak terkecuali ulama yang memberi khutbah, wartawan yang menyampaikan berita, keputusan di pengadilan dapat dijadikan sebagai barter. Keluarga pemimpin negara maupun wakil pemimpin negara dan ataupun pihak petinggi lainnyayang mendapatkan perlakuan istimewa.

IV

Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak

Hukum tak tegak, doyong berderak-derak

Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak,

Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza

Berjalan aku di Dam, Champs Elysees dan Mesopotamia

Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata

Dan kubenamkan topi baret di kepala

Malu aku jadi orang Indonesia.

 

1998

Bait Keempat semakin jelas disampaikan penyair yang menunjukkan dirinya pada lingkungan di sekitar. Saat sedang berjalan mengelilingi berbagai penjuru serta mengenalkan bahwa ia adalah sebagian dari keluarga Indonesia, sehingga hal tersebut menjadikannya malu, kemudian menyembunyikan diri dengan mengenakan kacamata hitam dan topi baret ketika berada di khalayak umum

 

 

Minggu, 06 Juni 2021

MENGUPAS CERPEN "SETAN BANTENG" KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA

Kali ini kita akan mengulas sebuah karya dari Seno Gumira Ajidarma dengan judul “Setan Banteng”. Dilihat dari judulnya, tentu akan membuat pembaca penasaran tentang makna setan dan banteng tersebut. Apakah ada kaitannya antara dua objek tersebut?

Seno Gumira Ajidarma merupakan penulis dari beberapa cerita pendek yang ternama. Beberapa karyanya berjudul Atas Nama Malam, Wisanggeni-Sang Buronan, Sepotong Senja untuk Pacarku, Biola Tak Berdawai, Kitab Omong Kosong, Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, dan Negeri Senja.

Dalam cerpen “Setan Banteng” bercerita tentang segerombolan anak yang sedang melakukan permainan pemanggilan makhluk tak kasat mata yang berwatak seperti banteng.  Pada permainan tersebut mereka berdiskusi siapakah yang akan menjadi mediator. Ada anak yang merasa takut hingga mundur tak berani untuk melangkahkan kakinya. Hingga ada seorang anak yang memiliki badan besar akhirnya memberanikan diri menjadi mediator permainan tersebut. Pemimpin gerombolan tadi menyuruh maju, sembari menyiapkan keperluan untuk permainan memanggil makhluk tak kasat mata itu. Setelah melakukan beberapa ritual, akhirnya setan banteng pun merasuki anak yang menjadi mediator tadi.

Matanya memerah dengan posisi badan bungkuk dan salah satu kakinya menyepak ke belakang. Mengetahui bahwa temannya tersebut sudah dirasuki setan banteng, semua anak yang ada di sana berlari menghindari serangan banteng yang marah tersebut. Permainan itu tidak membuat anak-anak lain di sekitar takut, malah sebaliknya. Mereka merasa terhibur dan tidak ada yang khawatir pada keadaan mediator yang dirasuki roh setan banteng. Roh banteng yang marah tersebut masuk ke tubuh mediator yang bertubuh besar tersebut dan menyelesaikan tugasnya. Menyeruduk tanpa memikirkan kondisi sekitar, hingga anak-anak merasa puas dengan permainan tersebut ntuk meyakinkan bahwa permainan tersebut nyata adanya.

Permainan itu terhenti ketika salah satu guru mengetahui bahwa permainan yang dilakukan anak-anak tersebut tidak baik dan menimbulkan dampak negatif, sehingga ia memukul punggung anak yang menjadi mediator itu. Saat mediator mulai sadar, dia tidak mengetahui apapun yang sudah dilakukan tadi.

Setelah membaca cerpen tersebut, saya mengartikan sosok setan banteng ini layaknya seuah emosi yang meluap-luap.  Saat seseorang sedang emosi, maka dia tidak akan bisa mengontrol dirinya sendiri seperti seekor banteng yang mengamuk, tidak ada yang bisa mengendalikan dirinya. Nasihat dan ucapan dari orang lain tidak akan didengar saat sedang dipuncak emosi

 

 

 


Minggu, 16 Mei 2021

MERAYAKAN HARI KEMENANGAN DENGAN PUISI SUTARDJI CALZOUM BACHRI

 

Idul Fitri

Puisi Sutardji Calzoum Bachri

Lihat

Pedang tobat ini menebas-nebas hati

dari masa lampau yang lalai dan sia

Telah kulaksanakan puasa ramadhanku,

telah kutegakkan shalat malam

telah kuuntaikan wirid tiap malam dan siang

Telah kuhamparkan sajadah

Yang tak hanya nuju Ka’bah

tapi ikhlas mencapai hati dan darah

Dan di malam-malam Lailatul Qadar akupun menunggu

Namun tak bersua Jibril atau malaikat lainnya


Maka aku girang-girangkan hatiku

Aku bilang:

Tardji rindu yang kau wudhukkan setiap malam

Belumlah cukup untuk menggerakkan Dia datang

Namun si bandel Tardji ini sekali merindu

Takkan pernah melupa

Takkan kulupa janji-Nya

Bagi yang merindu insya Allah ka nada mustajab Cinta

Maka walau tak jumpa denganNya

Shalat dan zikir yang telah membasuh jiwaku ini

Semakin mendekatkan aku padaNya

Dan semakin dekat

semakin terasa kesia-siaan pada usia lama yang lalai berlupa


O lihat Tuhan, kini si bekas pemabuk ini

ngebut

di jalan lurus

Jangan Kau depakkan lagi aku ke trotoir

tempat usia lalaiku menenggak arak di warung dunia

Kini biarkan aku meneggak marak CahayaMu

di ujung sisa usia

O usia lalai yang berkepanjangan

Yang menyebabkan aku kini ngebut di jalan lurus

Tuhan jangan Kau depakkan aku lagi ke trotoir

tempat aku dulu menenggak arak di warung dunia


Maka pagi ini

Kukenakan zirah la ilaha illAllah

aku pakai sepatu sirathal mustaqim

aku pun lurus menuju lapangan tempat shalat Id

Aku bawa masjid dalam diriku

Kuhamparkan di lapangan

Kutegakkan shalat

Dan kurayakan kelahiran kembali

di sana

 

Bersamaan dengan suasana Hari Raya Idulfitri ini, mari kita mengulas sebuah puisi yang juga berjudul Idul Fitri karya Sutardji Calzoum Bachri. Dilihat dari judulnya, tentu kita sudah mengerti tentang isi yang akan disampaikan puisi tersebut. Menggambarkan emosi penyair saat merayakan Hari Raya Idul Fitri, suatu pencapaian menuju kemenangan setelah menahan hawa nafsu selama satu bulan lamanya.

Saat membaca puisi Idul Fitri karya Sutardji Calzoum Bachri tersebut, kita akan merasakan bagaiamana seorang hamba yang sangat mendambakan Tuhan-Nya. Terdapat tokoh aku yang melakukan tobat untuk mendapatkan ampunan dari-Nya. Hal ini dapat dilihat dari tokoh Aku telah menyadari segala kesalahan yang telah dilakukannya dahulu. Di sisi lain, sosok Tuhan yang dijelaskan pada puisi tersebut adalah memiliki sifat penyayang. Karena sebanyak apa dosa yang telah diperbuat, akan tetap diampuni.

Bait pertama menjelaskan tentang ingatan dosa-dosa yang telah diperbuat di masa lalu, hingga menemukan sebuah jalan yang dimaksud yaitu kebenaran. Dari sini dapat dilihat bahwa bait pertama merupakan awal di mana tokoh aku mulai berproses menuju ke jalan yang lurus meski tidak mudah untuk melaluinya. Hal tersebut dapat dilihat pada bait puisi berikut:

Lihatlah

Pedang tobat ini menebas-nebas hati

Dari masa lampau yang lalai dan sia

Telah kulaksanakan puasa ramadhanku,

Telah kutegakkan sholat malam

Telah kuuntaikan wirid tiap malam dan siang

Telah kuhamparkan sajadah

Yang tak hanya nuju ka’bah

Tapi ikhlas mencapai hati dan darah

Dan di malam-malam Lailatul Qodar akupun menunggu

Namun tak bersua Jibril atau malaikat lainnya

Bait kedua merupakan gambaran seorang hamba yang selalu merindukan Tuhan-Nya. Setiap malam akan melaksanakan ibadah untuk mendekatkan diri dan melepas rindu kepada pencipta alam ini. Hal tersebut dapat dilihat pada bait puisi berikut:

Maka aku girang-girangkan hatiku

Aku bilang:

Tardji rindu kau wudhukan setiap malam

Belumlah cukup untuk menggerakkan Dia datang

Namun si bandel Tardji ini sekali merindu

Takkan pernah melupa

Takkan kulupa janji-Nya

Bagi yang merindu insya Allah ka nada mustajab cinta

Maka walau tak jumpa denganNya

Shalat dan zikir yang telah membasuh jiwaku ini

Semakin mendekatkan aku padaNya

Dan semakin dekat

Semakin terasa kesia-siaan pada usia lama yang lalai berlupa

Bait ktiga menunjukan bahwa tokoh aku sangat menyesal atas apa yang telah diperbuat selama ini.  Menguraikan segala kesalahan, dan memohon ampun kepada Tuhan-Nya. Di sini Sutardji mencoba menunjukan setiap perjalanan manusia untuk berada di jalan yang benar itu tidak mudah, selalu ada rintangan. Hal tersebut dapat dilihat pada bait puisi berikut:

O lihat Tuhan, kini si bekas pemabuk ini

Ngebut

Di jalan lurus

Jangan Kau depakkan lagi aku ke trotoar

Tempat usia lalaiku meneggak arak di warung dunia

Kini biarkan aku menenggak marak cahayaMu

Di ujung sisa usia

O usia lalai yang berkepanjangan

Yang menyebabkan aku kini ngebut di jalan lurus

Tuhan jangan kau depakkan aku lagi ke trotoar

Tempat aku dulu menenggak arak di warung dunia

Bait terakhir bercerita tentang awal kehidupan baru. Kehidupan seseorang yang telah berada di jalan kebenaran. Jalan yang penuh ridho serta hidayah dari-Nya. Melaksanakan ibadah di Hari Kemenangan dengan penuh kebahagiaan. Hal tersebut dapat dilihat pada bait puisi berikut:

Maka pagi ini

Kukenakan zirah La Illaha IllAllah

Aku pakai sepatu sirathal mustaqim

Aku pun lurus menuju lapangan tempat shalat Id

Aku bawah masjid dalam diriku

Kuhamparkan di lapangan

Kutegakkan sholat

Dan kurayakan kelahiran kembali disana

 

 

SAJAK PALSU KARYA AGUS R. SARJONO

     Sebelumnya kita telah mengulas dua puisi Widji Thukul, kali ini kita akan beralih pada karya kini Agus R.Sarjono dengan judul Sajak Pal...