Minggu, 06 Juni 2021

MENGUPAS CERPEN "SETAN BANTENG" KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA

Kali ini kita akan mengulas sebuah karya dari Seno Gumira Ajidarma dengan judul “Setan Banteng”. Dilihat dari judulnya, tentu akan membuat pembaca penasaran tentang makna setan dan banteng tersebut. Apakah ada kaitannya antara dua objek tersebut?

Seno Gumira Ajidarma merupakan penulis dari beberapa cerita pendek yang ternama. Beberapa karyanya berjudul Atas Nama Malam, Wisanggeni-Sang Buronan, Sepotong Senja untuk Pacarku, Biola Tak Berdawai, Kitab Omong Kosong, Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, dan Negeri Senja.

Dalam cerpen “Setan Banteng” bercerita tentang segerombolan anak yang sedang melakukan permainan pemanggilan makhluk tak kasat mata yang berwatak seperti banteng.  Pada permainan tersebut mereka berdiskusi siapakah yang akan menjadi mediator. Ada anak yang merasa takut hingga mundur tak berani untuk melangkahkan kakinya. Hingga ada seorang anak yang memiliki badan besar akhirnya memberanikan diri menjadi mediator permainan tersebut. Pemimpin gerombolan tadi menyuruh maju, sembari menyiapkan keperluan untuk permainan memanggil makhluk tak kasat mata itu. Setelah melakukan beberapa ritual, akhirnya setan banteng pun merasuki anak yang menjadi mediator tadi.

Matanya memerah dengan posisi badan bungkuk dan salah satu kakinya menyepak ke belakang. Mengetahui bahwa temannya tersebut sudah dirasuki setan banteng, semua anak yang ada di sana berlari menghindari serangan banteng yang marah tersebut. Permainan itu tidak membuat anak-anak lain di sekitar takut, malah sebaliknya. Mereka merasa terhibur dan tidak ada yang khawatir pada keadaan mediator yang dirasuki roh setan banteng. Roh banteng yang marah tersebut masuk ke tubuh mediator yang bertubuh besar tersebut dan menyelesaikan tugasnya. Menyeruduk tanpa memikirkan kondisi sekitar, hingga anak-anak merasa puas dengan permainan tersebut ntuk meyakinkan bahwa permainan tersebut nyata adanya.

Permainan itu terhenti ketika salah satu guru mengetahui bahwa permainan yang dilakukan anak-anak tersebut tidak baik dan menimbulkan dampak negatif, sehingga ia memukul punggung anak yang menjadi mediator itu. Saat mediator mulai sadar, dia tidak mengetahui apapun yang sudah dilakukan tadi.

Setelah membaca cerpen tersebut, saya mengartikan sosok setan banteng ini layaknya seuah emosi yang meluap-luap.  Saat seseorang sedang emosi, maka dia tidak akan bisa mengontrol dirinya sendiri seperti seekor banteng yang mengamuk, tidak ada yang bisa mengendalikan dirinya. Nasihat dan ucapan dari orang lain tidak akan didengar saat sedang dipuncak emosi

 

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SAJAK PALSU KARYA AGUS R. SARJONO

     Sebelumnya kita telah mengulas dua puisi Widji Thukul, kali ini kita akan beralih pada karya kini Agus R.Sarjono dengan judul Sajak Pal...